Pendidikan anak usia dini membutuhkan perhatian
khusus, karena kecerdasan orang yang mendidiknya maka itu pula kecerdasan anak
tersebut. Namun sangat disayangkan karena peneliti pendidikan anak usia dini
lebih banyak non muslim. padahal teori-teorinya sudah banyak terdapat di dalam
Al-Qur’an. Seperti: Teori Kecerdasan Jamak Howard Gardner yang menjelaskan 8 kecerdasan anak, seperti
kecerdasan naturalis, logic matematika, linguistik, musik, dll. Namun ini
hampir sama dengan penafsiran dalam Q.S. Al-Alaq, yaitu: “Membaca” yang memiliki banyak
penafsiran ,yaitu :
1.
Membaca
Alam
2.
Membaca
bahasa tubuh
3.
Membaca
situasi/keadaan,dll
Dengan demikian sistem kerja otak anak usia
dini yang membutuhkan
optimalisasi yang tepat, sepatutnya memiliki nilai Qur’ani (pusatnya dari segala
macam ilmu). Ibnu Sina pun mengungkapkan bahwa pendidikan seorang anak itu
meliputi 3 aspek, yaitu : kurikulum yang diajarkan dengan melihat usia perkembangan dan pengalaman
empiris. Sedangkan Al- Ghazali menyebutkan bahwa pendidikan adalah tujuan manusia
diciptakan sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al- Dzariyat yaitu untuk mengabdi
kepada Penciptanya. Maka ini
terkait dengan pola
pengasuhan berdasarkan perkembangan
anak usia dini yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Menurut penelitian Hj.Nibras
OR Salim pengamat
dan pemerhati pendidikan Anak
Usia Dini di
Madrasah Istiqlal orang tua/pendidik
wajib memperhatikan dan
mengawasi anak dalam
rangka mempersiapkan anak
yang beriman dan
bertaqwa, terutama dalam :
a. Segi
Keimanan
Hendaklah kita menanamkan
prinsip-prinsip keimanan anak
dengan metode yang
tepat dan tentu
saja dengan alat
peraga yang mendukung, karena materi
keimanan ini banyak
yang abstrak, maka sangat
diperlukan ketrampilan guru
untuk menyiapkan alat peraga yang
sesuai, dapat dibuat dan
dapat juga menggunakan
ciptaan Allah yang
ada di sekitar kita.
b. Segi Moral / Akhlaq Anak
Dalam masa perkembangan
anak, kita telah mulai menanamkan dan
mengenalkan serta membiasakan
anak berakhlaq yang
baik. Mendidik dan
membiasakan anak berakhlaq
yang baik hendaklah dalam setiap
kesempatan, baik dalam proses
ngajar-mengajar ataupun dalam
bermain, kalau mungkin dalam
luar sekolah dapat
bekerjasama dengan orang
tua murid. Saling
memberikan perhatian dan membimbing anak
kearah akhlaq yang
baik. Anak biasanya suka meniru
apa yang dia
lihat dan dengar, tanpa mengetahui
apakah itu yang ditirunya itu
benar atau salah. Misalnya kebiasaan bohong, berbicara keras
dan kasar, suka berkelahi, suka mengadu, iri, dsb. Di sinilah pendidik / guru dituntut
agar dapat mengarahkan
anak kepada akhlaq
yang baik dengan
cara yang tepat
dan bijaksana.
c. Segi Mental dan
Intelektual Anak
Para pendidik/guru dituntut
agar memberikan perhatian
terhadap perkembangan mental
dan intelektual anak, terutama yang
berhubungan dengan pengenalan
dan pembiasaan untuk melakukan
yang diperintah agama
dan meninggalkan yang dilarang. Sejak dini
anak telah dibekali
dengan pengetahuan dan
mencintai amal ibadah
sesuai dengan kemampuan
anak, sehingga terbiasa melakukannya
setelah dewasa dengan
penuh pengertian.Sejak dini
telah dikenalkan mana
yang halal dan
mana yang haram
dengan menanamkan ketaatan
dan kepatuhan kepada
Allah SWT.
d. Segi Jasmani
Anak
Islam juga sangat
memperhatikan kebutuhan jasmani
manusia, makan, minum, dan kesehatan
merupakan modal utama
agar dapat berkarya
dan beribadah dengan baik.Untuk itu
Allah memerintahkan agar
manusia menghindari makanan
yang haram dan
menganjurkan makanan halal
dan bergizi. Termasuk berolah
raga juga dianjurkan
agar anak dibiasakan
sejak kecil.
Mendidik
anak agar tahu
cara hidup sehat
dan mengenalkan kepada
anak bagaimana mencegah
dan mengobati penyakit
sejak dini adalah
merupakan tugas para
pendidik dan guru.
e. Segi Psikologi
Anak
Biasanya
kita sering menemukan
anak yang pemalu, suka
takut, suka marah, tidak percaya
diri dsb. Dalam hal ini
guru/pendidik mempunyai peran
yang sangat penting
agar dapat memecahkan
masalahnya. Tentu saja kita
cari penyebabnya kemudian
kita besarkan jiwanya, kita
beri kepercayaan bahwa
Allah selalu melindungi, Allah selalu
saying dst, sehingga anak
menjadi berani menghadapi
segala yang ditakutinya
dan dia juga
dapat meyakini bahwa Allah
Maha Mengetahui.
f. Segi Sosial Anak
Anak didik biasanya
mempunyai sifat ego
yang tinggi, dia tidak
peduli kepada orang
lain, yang penting baginya
adalah dirinya. Hal ini
perlu mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh dari
para pendidik / guru.
Bagaimana membimbing anak
agar tumbuh rasa
senang kepada hubungan
social terhadap yang
tua, sebaya, yang kecil,
yang miskin, kepada tetangga
dan seterusnya.
g. Segi Spiritual Anak
Anak belum
tahu dan belum
mengenal Allah. Dan anak
belum mengetahui siapa dan
bagaimana Allah itu. Maka
tugas pendidik mengenalkannya. Mengenalkan bahwa
Allah itu selalu melihat apa yang
kita lakukan, Allah selalu mendengar apa yang kita ucapkan, Allah itu yang
menciptakan segala-galanya tersebut. Anak perlu kita latih berdoa memohon
kepada Allah, sehingga mereka tahu bahwa Allah itu yang kita sembah dan
kepadaNya kita minta pertolongan. Sejak kecil anak harus kita bekali dengan iman
dan dilatih untuk taat beribadah kepada Allah. Latihan shalat, latihan puasa
dan mengenalkan cara ibadah / manasik haji sesuai dengan kemampuannya adalah
merupakan tugas para pendidik / guru.